Kuliah Umum Bersama Prof. Dr. Imam Mohammad Bashar Arafat
Kuliah Umum Bersama Prof. Dr. Imam Mohammad Bashar Arafat (18/11/2022).
Kuliah Umum Bersama Prof. Dr. Imam Mohammad Bashar Arafat
“Being Global Ulama: Opportunity and Response for Global Peace and Understanding”
Jum’at, 18 November 2022, Program Pendidikan Kader Ulama
Masjid Istiqlal (PKUMI) kembali mendapatkan kesempatan berjumpa dan menggelar
kuliah tamu dengan tokoh muslim dunia. Pada sesi sore perkuliahan, mahasiswa
PKUMI semua jenjang ( S2 PKU, S2 PKUP dan S3 PKU) berkesempatan bersua dengan Prof.
Dr. Imam Mohammad Bashar Arafat, presiden CECF (Civilizations Exchange and
Cooperation Foundation)—sebuah organisasi non-profit di Amerika Serikat yang
memayungi aktivitas pertukaran budaya yang berfokus pada upaya mempromosikan
perdamaian, rasa hormat dan kerjasama. Kuliah umum kali ini mengusung tema
“Being Global Ulama: Opportunity and Response for Global Peace and
Understanding”.
Imam
Bashar Arafat menyampaikan kuliah dengan sangat santai namun banyak sekali
memberikan catatan-catatan yang berkaitan dengan tema yang diangkat. Ia memulai
kelas dengan berbicara seputar lembaga yang ia pimpin saat ini, CECF. Ia sangat
mengharapkan kelak para mahasiswa PKUMI dapat menjadi pemimpin-pemimpin baru
yang merepresentasikan semangatnya untuk menciptakan “dunia baru” di mana
manusia dapat saling memahami satu sama lain dan menebar perdamaian serta
berorientasi pada kemajuan peradaban melalui kerjasama multiculture. Dalam
kaitannya dengan Islam dan umat muslim, Imam Bashar kemudian menggarisbawahi
bahwa cita-citanya akan dapat terwujud melalui tajdīd (pembaharuan)
pemikiran Islam.
Beliau menjelaskan bahwa tajdīd memiliki rūh atau spirit yang sama Nasikh-Mansukh (salah satu cabang ilmu dalam Ulūm al-Quran) dan sekaligus memperlihatkan bahwa Islam adalah agama yang selalu responsif terhadap perkembangan konteks. Sebagai tambahan, beliau juga menukil sebuah riwayat yang mengisahkan percakapan antara Nabi Muhammad Saw. dan Muadz ibn Jabal—kala itu diutus ke Yaman sebagai hakim—mengenai landasan apa saja yang akan digunakan oleh Muadz dalam memutuskan perkara. Imam Bashar ingin menunjukkan bahwa upaya tajdīd tidak akan terealisasi tanpa adanya ijtihād serta ijtihād harus dimulai dengan menempatkan al-Qur’an sebagai wahyu yang dibaca dan pemandu (hudā) bagi kehidupan manusia. Uraian awal Imam Bashar seakan men-challenge mahasiswa PKUMI untuk mampu menghasilkan tajdīd-tajdīd yang berdampak bagi kemajuan peradaban manusia.
Selanjutnya, Imam Bashar mengelaborasi term “Global Ulama” sebagai judul yang disematkan pada kuliah umum ini. Beliau dengan tegas mengatakan bahwa seorang Ulama yang ingin “mengglobal” harus menguasai beberapa hal-hal prinsipil di antaranya cakap menggunakan bahasa internasional, mengikuti dan memahami perkembangan isu-isu global terkini, peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dunia serta di lingkup lokalnya dan memahami secara umum kultur kebudayaan masyarakat dunia dan di mana ia tinggal (negaranya). Beberapa kali Imam Bashar juga menyebut soal riset dan mengindikasikan bahwa “Ulama” versi beliau bukan hanya yang berdedikasi di pondok-pondok pesantren, namun juga yang mampu berkontribusi dalam agenda-agenda yang menyangkut perubahan-perubahan sosial menuju tatanan pembaharuan dan kemajuan, serta tidak hanya pada level regional namun juga global.
Selepas penyampaian materi dari Imam Bashar Arafat, para mahasiswa sangat antusias memberikan respon dan pertanyaan. Ada dua pertanyaan menarik yaitu mengenai problem umat Islam Indonesia yang terhambat untuk maju karena masih sering mengalami konflik internal dan potensi program PKUMI menjalin kerjasama dengan CECF untuk program shortcourse yang akan diadakan dalam waktu dekat ini. Imam Bashar pun menjawabnya pertanyaan pertama dengan mengutip Q.S. Al-Kahfi/ 18: 22 dan menjadikannya sebagai sikap yang paling relevan diterapkan oleh umat Islam di Indonesia jika ingin segera berpindah pada masalah-masalah substansial yang harus segera dibahas demi segera lepas landas menuju masyarakat maju. Lalu saat menjawab pertanyaan kedua, beliau nampak sangat senang dan ingin segera membahasnya dengan para pengelola program PKUMI terkait MoU dan hal-hal teknis lainnya. Sebelum acara ditutup, Imam Bashar juga menyampaikan bahwa ia sangat welcome jika ada yang mau berkomunikasi dengannya baik melalui e-Mail maupun WhatsApp. Terakhir, acara pun ditutup dengan sesi foto bersama Imam Bashar Mohammad Arafat dengan para mahasiswa PKUMI. (Alif Jabal Kurdi, S2 PKUMI)