PKUMI Gelar Kuliah Tamu Sufisme di Asia Selatan bersama Sahibzada Sultan Ahmed Ali
PKUMI Gelar Kuliah Tamu “Sufisme di Asia Selatan” bersama Sahibzada Sultan Ahmed Ali pada 18 Oktober 2024
Jakarta, 18 Oktober 2024 – Program Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI) mengadakan kuliah tamu bertajuk "Sufisme di Asia Selatan" dengan mengundang Sahibzada Sultan Ahmed Ali, Ketua MUSLIM Institute, sebagai narasumber utama. Kuliah tamu ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa PKUMI mengenai peran sufisme dalam sejarah penyebaran Islam di Asia Selatan, serta kontribusi nilai-nilai spiritual yang penuh kedamaian yang dibawa oleh para sufi.
Sahibzada Sultan Ahmed Ali membuka kuliah tamu dengan menguraikan hubungan historis antara Pakistan dan Indonesia. Salah satu poin yang menarik adalah bagaimana Quaid-i-Azam Muhammad Ali Jinnah menginspirasi lebih dari 600 tentara Muslim untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Atas jasa tersebut, Jinnah dianugerahi penghargaan tertinggi dari Indonesia, yaitu "Adipurna."
Beliau juga menyoroti persamaan antara Pakistan dan Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dan budaya peradaban yang tua dan kaya. Hubungan perdagangan bilateral kedua negara mencapai 5 miliar USD pada tahun 2022, dan di bidang pendidikan, mahasiswa Pakistan tercatat sebagai penerima beasiswa terbesar dari Indonesia pada tahun 2023. Sahibzada menekankan pentingnya memperkuat kontak antar masyarakat kedua negara dan mengeksplorasi potensi kerja sama di sektor pariwisata dan pendidikan.
Pada inti kuliah tamu, Sahibzada menjelaskan peran besar para sufi dalam penyebaran Islam di Asia Selatan. Alī bin ʿUthmān al-Hujwīrī adalah sufi pertama yang tiba di wilayah yang kini disebut Pakistan, yang kemudian diikuti oleh Shaykh Sayyad Abdul Qadir al-Jillani yang mendirikan tarekat sufi pertama. Tarekat-tarekat ini membawa ajaran Islam yang mengedepankan cinta, kedamaian, dan toleransi, yang masih menjadi ciri khas sufisme di wilayah tersebut hingga kini.
Lebih lanjut, Sahibzada memperkenalkan tokoh-tokoh sufi dari berbagai tarekat yang aktif di Asia Selatan, seperti Lal Shahbaz Qalandar dari tarekat Qadiri, Bahauddin Zakariya Multani dari tarekat Suhrawardi, dan Khawaja Mu'in ad-Din Chishti dari tarekat Chishti. Peran mereka dalam penyebaran Islam di Asia Selatan telah menciptakan iklim sosial yang harmonis dan inklusif.
Beliau juga menyoroti peran Sultan al-Arifeen Sultan Bahoo, seorang tokoh besar dari tarekat Qadiri yang dikenal dekat dengan Shaykh Abdul Qadir al-Jillani, yang dianggapnya sebagai mursyid spiritual. Melalui syair dan ajaran-ajarannya, Sultan Bahoo menginspirasi banyak pengikut untuk mendalami kehidupan spiritual yang mendalam dan penuh makna